Sabtu, 20 Juli 2013

Mata Kuliah Kajian Lingkungan Hidup


TUGAS resume  KAJIAN  LINGKUNGAN  HIDUP
Email : widy_ty@yahoo.com
    bioma hutan mangrove dan faktor penyebab Kerusakan kelestariannya 

1.      PEMBAHASAN
Hutan mangrove juga dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di dalam suatu habitat mangrove.
Di Indonesia, hutan mangrove yang luasnya sekitar 4.25 juta ha (Departemen Kehutanan, 1982), atau kurang lebih 25% luas hutan mangrove di dunia, dan terbesar di seluruh wilayah Indonesia, berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia, baik dari segi ekonomis, sosial maupun lingkungan. Disamping mendukung keanekaeagaman flora dan fauna dari komunitas terestis akuatik, dan berfungsi lindung bagi keberlangsungannya berbagai proses ekologis, hutan mangrove telah dimanfaatkan dalam skala komersial terutama untuk gelondongan sebagai bahan baku"pulp/kertas, rayon dan arang.
 Kerusakan hutan mangrove di antaranya disebabkan oleh tekanan dan pertambahan penduduk yang demikian cepat terutama di daerah pantai, mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan, akibatnya hutan mangrove dengan cepat menipis dan rusak. Selain itu, meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove. Kegiatan lain adalah pembukaan
tambak-tambak untuk budidaya perikanan yang memberikan kontribusi terbesar bagi
kerusakan hutan mangrove dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya.

Saat ini, kerusakan dan degradasi hutan mangrove merupakan penomena umum di berbagai negara, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Kerusakan hutan ini terutama disebabkan oleh konversi mangrove untuk kegiatan-kegiatan produksi lainnya (industri, pertambangan dan lain-lain) yang tidak berlandaskan asas kelestarian serta oleh kegiatan eksploitasi yang tidak terkendali. Adanya konversi hutan mangrove ini telah menyebabkan semakin menyusutnya luas hutan mangrove Indonesia Indonesia yaitu tinggal sekitar 4.25 juta ha (Departemen Kehutanan, 1982). Bahkan menurut PHPA dan AWB (1987) diperkirakan luas hutan mangrove tinggal sekitar 3.24 juta ha.
Permasalahan mengenai kelestarian hutan mangrove adalah adanya kegiatan masyarakat sekitar yang memanfaatkan hutan mangrove baik kayunya yang digunakan untuk kayu bakar maupun konversi lahan mangrove yang dijadikan untuk lahan pertanian, pertambakan dan permukiman. Maka dari itu, diperlukan pengelolaan yang terpadu sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkelanjutan.
·    Fungsi dan Manfaat Mangrove
Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :
  1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
  1. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi

  1. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
  1. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
  1. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
  1. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
  1. Transportasi
    Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
  2. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
  1. Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Pantai Padang, Sumatera Barat yang memiliki areal mangrove seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki peluang untuk dijadikan areal wisata mangrove. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
  1. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
  1. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
  1. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
  1. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
  1. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
Fungsi Fisik
a. Menjaga garis pantai agar tetap stabil dan kokoh dari abrasi air laut
b. Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi serta menahan
   atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat pada malam hari
c. Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru
d. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke danau,
    atau sebagai filter air asin menjadi air tawar.
Fungsi Kimia
a. Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen
b. Sebagai penyerap karbondioksida
c. Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal di
   laut.
Fungsi Biologi
a. Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang serta berkembangbiak bagi  burung
    dan satwa lain
b. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika
c. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut
d. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting
    bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus) yang kemudian
    berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar
e. Sebagai kawasan pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery
    ground) bagi udang
f. Sebagai daerah mencari makanan (feeding ground) bagi plankton
Fungsi Ekonomi
a. Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, tekstil, makanan ringan
b. Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan kepiting, telur burung serta madu
c. Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan dan perabot rumah
    tangga.
Fungsi Wisata
a. Sebagai kawasan wisata alam pantai untuk membuat trail mangrove
b. Sebagai sumber belajar bagi pelajar
c. Sebagai lahan konservasi dan lahan penelitian
http://htmlimg1.scribdassets.com/anrhu74g9pc4lts/images/9-95ebbdffbf/000.jpg

     Manfaat hutan mangrove (Dixon, 1989dalam Bengen, 2001).

Dampak Kegiatan Manusia pada Ekosistem Mangrove

1.      Tebang habis
Berubahnya komposisi tumbuhan; pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai ekonominya rendah dan hutan mangrove yang ditebang ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam ikan dan udang stadium muda yang penting secara ekonomi.
2.      Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada pembangunan irigasi
Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove menyebabkan dominasi dari spesies-spesies yang lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih asin; ikan dan udang dalam stadium larva dan juvenil mungkin tak dapat mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat  hara melalui aliran air tawar berkurang.
3.      Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan
Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva dan/atau stadium muda ikan dan udang. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove dikonversi dapat diikat oleh substrat hutan mangrove. Pendangkalan peraian pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove.  Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang  bertahankan  keberadaannya atau melalui saluran-saluran buatan manusia yang bermuara di laut. Erosi garis pantai yang sebelumnya ditumbuhi  mangrove.
4.    Pembuangan sampah cair (Sewage)
Penurunan kandungan oksigen terlarut dalah air air, bahkan dapat terjadi keadaan anoksik dalam air sehingga bahan organik yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organisme hewani dalam air. Bau H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berl angsungnya dekomposisi anaerobik.
5.    Pembuangan sampah padat
Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah padat yang akan mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove.  Perembesan bahan-bahan pencemar dalam  sampah padat yang  kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar pembuangan sampah.  Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahan  Kematian pohon-pohon mangrove akibat  terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak.  Kerusakan total di lokasi penambangan dan ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan.
2.     ANALISIS DAN SOLUSI PENANGANAN  KERUSAKAN BIOMA HUTAN MANGROVE
Rusaknya hutan mangrove dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Akibat kurangnya pemahaman masyarakat tentang pelestarian lingkungan sehingga mereka tidak memikirkan dampak akibat kerusakan Lingkungan dalam hal ini adalah Hutan Mangrove. Misalnya masyarakat di pesisir pantai yang bermata pencaharian sebagai nelayan apabila hutan mangrove di sekelilingnya rusak pasti akan berdampak pada  berkurangnya hasil tangkapan ikan, udang dan hewan lainnya. Mungkin perlu adanya sosialisasi dari pemerintah untuk memberitahu kepada masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan mangrove demi keseimbangan ekosistem di dalamnya.
*      Solusi Penanganan kerusakan Hutan Mangrove
1.    Melakukan Rehabilitasi Hutan Mangrove
Kegiatan penghijauan yang dilakukan terhadap hutan-hutan yang telah gundul, merupakan salah satu upaya rehabilitasi yang bertujuan bukan saja untuk menembalikan nilai estetika, namun yang paling utama adalah untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove tersebut. Kegiatan seperti ini menjadi salah satu andalan kegiatan rehabilitasi di beberapa kawasan hutan mangrove yang telah ditebas dan di alihkan fungsinya kepada kegiatan lain.
Pelestarian hutan mangrove merupakan salah satu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik berada disekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya mangrove, diberikan porsi yang lebih besar.
Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove perlu untuk di arahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya hutan mangrove.
Sementara itu ada suatu problem menurut referensi yang saya dapatkan saat Browsing di Internet  dalam konteks pelestarian hutan mangrove sebagian masyarakat tidak melakukan penanaman hutan mangrove dengan alasan :
1. Tidak tahu cara penanaman mangrove.
2. Lokasi hutan mangrove yang jauh.
3. Tidak punya bibit mangrove.
4. Masyarakat lebih senang menanam tanaman pangan daripada  menanam tumbuhan mangrove.
Dalam merehabilitasi mangrove yang diperlukan adalah master plan yang disusun berdasarkan data obyektif kondisi biofisik dan sosial. Untuk keperluan ini, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan master plan dan studi kelayakannya. Dalam hal rehabilitasi mangrove, ketentuan green belt perlu dipenuhi agar ekosistem mangrove yang terbangun dapat memberikan fungsinya secara optimal (mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan perairan).
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Berdasarkan kenyataan empiris tersebut, paling tidak sudah dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa masalah penegelolaan hutan mangrove secara lestari adalah bagaimana menggabungkan antara kepentingan ekologis (konservasi hutan mangrove) dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat disekitar hutan mangrove.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar