TUGAS resume KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
Email :
widy_ty@yahoo.com
1. PEMBAHASAN
Hutan mangrove juga dapat didefinisikan
sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai
yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan
bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi
terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang
terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor
lingkungan dan dengan sesamanya di dalam suatu habitat mangrove.
Di Indonesia, hutan
mangrove yang luasnya sekitar 4.25 juta ha (Departemen Kehutanan,
1982), atau kurang lebih 25% luas hutan mangrove di dunia, dan terbesar di seluruh wilayah Indonesia, berperan penting bagi
kelangsungan hidup manusia, baik dari segi ekonomis,
sosial maupun lingkungan. Disamping mendukung
keanekaeagaman flora dan fauna dari komunitas terestis akuatik, dan berfungsi lindung bagi keberlangsungannya berbagai proses ekologis,
hutan mangrove telah dimanfaatkan dalam skala komersial
terutama untuk gelondongan sebagai bahan
baku"pulp/kertas, rayon dan arang.
Kerusakan hutan mangrove di antaranya
disebabkan oleh tekanan dan pertambahan penduduk yang demikian cepat terutama
di daerah pantai, mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan, akibatnya hutan mangrove dengan
cepat menipis dan rusak. Selain itu, meningkatnya permintaan terhadap produksi
kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove. Kegiatan lain
adalah pembukaan
tambak-tambak
untuk budidaya perikanan yang memberikan kontribusi terbesar bagi
kerusakan
hutan mangrove dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsinya menjadi
hilang dan kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya.
Saat ini, kerusakan dan
degradasi hutan mangrove merupakan penomena umum di
berbagai negara, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Kerusakan hutan ini terutama disebabkan oleh konversi mangrove untuk
kegiatan-kegiatan produksi lainnya (industri, pertambangan dan
lain-lain) yang tidak berlandaskan asas kelestarian serta
oleh kegiatan eksploitasi yang tidak terkendali. Adanya
konversi hutan mangrove ini telah menyebabkan semakin menyusutnya
luas hutan mangrove Indonesia Indonesia yaitu tinggal sekitar 4.25 juta ha (Departemen Kehutanan, 1982). Bahkan menurut PHPA dan AWB
(1987) diperkirakan luas hutan mangrove tinggal sekitar
3.24 juta ha.
Permasalahan mengenai
kelestarian hutan mangrove adalah adanya kegiatan
masyarakat sekitar yang memanfaatkan hutan mangrove baik kayunya yang digunakan untuk kayu bakar maupun konversi lahan mangrove yang
dijadikan untuk lahan pertanian, pertambakan dan permukiman.
Maka dari itu, diperlukan pengelolaan yang terpadu
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara
berkelanjutan.
·
Fungsi dan Manfaat Mangrove
Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan mangrove
memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :
- Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat
jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur
yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan
burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia
(Limnodrumus semipalmatus)
- Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi
bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai
atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi
- Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau
membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan
penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali
terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga
dari endapan lumpur erosi.
- Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung
memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses
pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk
pencucian dari areal pertanian.
- Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem
perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara
kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan
bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
- Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna
dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di
dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di
hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan
oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain
atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan
pasir dan lumpur.
- Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan. - Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar
sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun
untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
- Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika,
baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan
mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai
(Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan
Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan
obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik
hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam
beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan
langsung dari alam. Pantai Padang, Sumatera Barat yang memiliki areal mangrove
seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki peluang untuk dijadikan areal
wisata mangrove. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung
bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan
perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan
menjadi pemandu wisata.
- Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan
pendidikan.
- Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya
dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau
geologi di dalamnya.
- Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon
anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada
sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke
atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah
besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih
berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
- Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu
menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan
iklim mikro terjaga.
- Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah
teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
Fungsi Fisik
a.
Menjaga garis pantai agar tetap stabil dan kokoh dari abrasi air laut
b.
Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi serta menahan
atau menyerap tiupan angin kencang dari laut
ke darat pada malam hari
c.
Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru
d.
Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke danau,
atau sebagai filter air asin menjadi air
tawar.
Fungsi
Kimia
a. Sebagai tempat
terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen
b. Sebagai penyerap
karbondioksida
c. Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal di
c. Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal di
laut.
Fungsi Biologi
a. Sebagai kawasan
untuk berlindung, bersarang serta berkembangbiak bagi burung
dan
satwa lain
b. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika
c. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut
d. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting
b. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika
c. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut
d. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting
bagi invertebrata kecil pemakan bahan
pelapukan (detritus) yang kemudian
berperan sebagai sumber makanan bagi hewan
yang lebih besar
e. Sebagai kawasan pemijahan
(spawning ground) dan daerah asuhan (nursery
ground) bagi udang
f. Sebagai daerah
mencari makanan (feeding ground) bagi plankton
Fungsi Ekonomi
a. Penghasil bahan
baku industri, misalnya pulp, tekstil, makanan ringan
b. Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan kepiting, telur burung serta madu
c. Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan dan perabot rumah
b. Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan kepiting, telur burung serta madu
c. Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan dan perabot rumah
tangga.
Fungsi Wisata
a. Sebagai kawasan
wisata alam pantai untuk membuat trail mangrove
b. Sebagai sumber belajar bagi pelajar
c. Sebagai lahan konservasi dan lahan penelitian
b. Sebagai sumber belajar bagi pelajar
c. Sebagai lahan konservasi dan lahan penelitian
Manfaat hutan mangrove (Dixon, 1989dalam
Bengen, 2001).
Dampak
Kegiatan Manusia pada Ekosistem Mangrove
1.
Tebang habis
Berubahnya komposisi tumbuhan; pohon-pohon mangrove akan
digantikan oleh spesies-spesies yang nilai ekonominya rendah dan hutan mangrove
yang ditebang ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makan (feeding
ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam ikan
dan udang stadium muda yang penting secara ekonomi.
2.
Pengalihan aliran air tawar, misalnya
pada pembangunan irigasi
Peningkatan salinitas hutan (rawa)
mangrove menyebabkan dominasi dari spesies-spesies yang lebih toleran terhadap
air yang menjadi lebih asin; ikan dan udang dalam stadium larva dan juvenil
mungkin tak dapat mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka lebih
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Menurunnya tingkat kesuburan hutan
mangrove karena pasokan zat-zat hara
melalui aliran air tawar berkurang.
3.
Konversi menjadi lahan pertanian,
perikanan
Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan
lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva
dan/atau stadium muda ikan dan udang. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar
yang sebelum hutan mangrove dikonversi dapat diikat oleh substrat hutan
mangrove. Pendangkalan peraian pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum
hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove. Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang
bertahankan keberadaannya atau melalui saluran-saluran
buatan manusia yang bermuara di laut. Erosi garis pantai yang sebelumnya
ditumbuhi mangrove.
4.
Pembuangan sampah cair (Sewage)
Penurunan kandungan oksigen terlarut dalah air air, bahkan
dapat terjadi keadaan anoksik dalam air sehingga bahan organik yang terdapat
dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan
hidrogen sulfida (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organisme
hewani dalam air. Bau H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi
berl angsungnya dekomposisi anaerobik.
5.
Pembuangan sampah padat
Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah padat
yang akan mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove. Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut dalam air ke perairan di
sekitar pembuangan sampah. Pencemaran
minyak akibat terjadinya tumpahan Kematian pohon-pohon mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak. Kerusakan total di lokasi penambangan dan
ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan.
2.
ANALISIS DAN SOLUSI PENANGANAN KERUSAKAN BIOMA HUTAN MANGROVE
Rusaknya
hutan mangrove dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti
penggundulan hutan dan pencemaran. Akibat kurangnya pemahaman masyarakat
tentang pelestarian lingkungan sehingga mereka tidak memikirkan dampak akibat
kerusakan Lingkungan dalam hal ini adalah Hutan Mangrove. Misalnya masyarakat
di pesisir pantai yang bermata pencaharian sebagai nelayan apabila hutan
mangrove di sekelilingnya rusak pasti akan berdampak pada berkurangnya hasil tangkapan ikan, udang dan
hewan lainnya. Mungkin perlu adanya sosialisasi dari pemerintah untuk
memberitahu kepada masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan mangrove demi
keseimbangan ekosistem di dalamnya.
Solusi
Penanganan kerusakan Hutan Mangrove
1.
Melakukan Rehabilitasi Hutan Mangrove
Kegiatan
penghijauan yang dilakukan terhadap hutan-hutan yang telah gundul, merupakan
salah satu upaya rehabilitasi yang bertujuan bukan saja untuk menembalikan
nilai estetika, namun yang paling utama adalah untuk mengembalikan fungsi
ekologis kawasan hutan mangrove tersebut. Kegiatan seperti ini menjadi salah
satu andalan kegiatan rehabilitasi di beberapa kawasan hutan mangrove yang
telah ditebas dan di alihkan fungsinya kepada kegiatan lain.
Pelestarian hutan mangrove
merupakan salah satu usaha yang sangat kompleks untuk
dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik berada disekitar kawasan
maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini
dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai
kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana
keberpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan
terhadap sumberdaya mangrove, diberikan porsi yang lebih besar.
Dengan demikian yang perlu
diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai
komponen utama penggerak pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove perlu untuk di
arahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya
sumberdaya hutan mangrove.
Sementara itu ada suatu
problem menurut referensi yang saya dapatkan saat Browsing di Internet dalam konteks pelestarian hutan mangrove
sebagian masyarakat tidak melakukan penanaman hutan
mangrove dengan alasan :
1. Tidak tahu cara penanaman mangrove.
2. Lokasi hutan mangrove yang jauh.
3. Tidak punya bibit mangrove.
2. Lokasi hutan mangrove yang jauh.
3. Tidak punya bibit mangrove.
4. Masyarakat lebih senang menanam
tanaman pangan daripada menanam tumbuhan
mangrove.
Dalam merehabilitasi mangrove yang
diperlukan adalah master plan yang disusun berdasarkan data obyektif kondisi
biofisik dan sosial. Untuk keperluan ini, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi
Alam dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan master plan dan studi
kelayakannya. Dalam hal rehabilitasi mangrove, ketentuan green belt perlu
dipenuhi agar ekosistem mangrove yang terbangun dapat memberikan fungsinya
secara optimal (mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan
tangkapan serta penyerapan polutan perairan).
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah
pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut.
Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun
yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari
seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas
wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses
alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta
daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan
seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Berdasarkan kenyataan empiris tersebut, paling tidak sudah
dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa masalah penegelolaan hutan
mangrove secara lestari adalah bagaimana menggabungkan antara kepentingan
ekologis (konservasi hutan mangrove) dengan kepentingan sosial ekonomi
masyarakat disekitar hutan mangrove.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar